24/01/11

Putri Yang Tidak amanat( pembelajaran bagi semua gadis)



Ipak pengen ko manatku pemarin kerna serloni ini mi we ko kami pimpin, kenge saswah hukum mu kase ko nge mai amamu, entine segerpe ko mubalik kukuduk mungalei aku, beluh nye selalu tunung renye amanmu.
Itu adalah pesan terakhir kedua orang tua kepada Putri Pukes, menjelang sang suami akan di beri ijab kambul dan menyerahkan putrinya kepada suaminya untuk di bawa menjadi pendamping hidup selama-lamanya. Air matapun pun tidak dapat terbentung ketika melihat kesakralan pelaksaan adat ini. Beberapa wanita dari pihak putri mendampingi dan menghantarkan pada rombongan penjemput dari mempelai laki-laki, seserahanpun dilakukan dengan pertukaran barang serta menunjukan mahar yang menjadi permintaan putri, setelah semua seserahan secara adat selesai. Putripun berangkat bersama rombongan lelaki menuju kediaman sang lelaki yang berjarak beberapa bukit.
Dalam adat dulu sang mempelai lelaki tidak berjalan beriringan dengan mempelai wanitanya, namun rombongan lelakilah yang berada pada barisan depan kemudian rombongan wanita. Dalam legendanya setibanya di kampung mepar sang putri semakin kuat merindukan kedua orang tuanya, teman dan kampung halamannya. Hingga pada titik kesedihan yang dalam sang putri tidak tahan akan kerinduan dan berbalik menoleh kearah kampungnya yang sudah jauh sekali, akan tetapi masih kelihatan karena di pisahkan oleh sebuah Danau laut tawar.
Sementara beberapa orang bersama rombongan mempelai lelaki telah jauh berjalan kearah bukit, dan terus berjalan. Sesaat para rombongan merasa heran karena hari tiba-tiba mendung dan gelap menyeramkan disertai kilat, dan Guntur bergemuruh bersahutan. Para rombonganpun menyelamatkan putri dengan membawa gua yang tak jauh dari situ, cuaca hari itu sangat mengerikan, hingga semua rombongan berlari lunggang langgang, dalam kepanikan inilah sang putri yang ingkar terhadap nasehat terhadap orang tuanya perlahan menjadi batu mulai dari kaki hingga kepala. sementara rombongan sang suami juga berlindung di gua kecil di atas bukit yang masih sama yang berjarak 300m. karena rasa cintanya yang besar terhadap sang putri dia pun ingin melihat keadaan sang putri namun ketika berbalik sang suamipun menjadi batu di gua kecil itu.
Tersentak semua terpaku melihat kejadian dan ada yang menangis tersedu-sedu,  sebenarnya apa yang terjadi, kenapa putri dan suaminya menjadi batu, begitulah teriak mereka dalam tangisanya. Perlahan kabut hitampun menghilang , hujanpun telah reda , tak ada lagi kilat yang bergemuruh. Semua bangkit dari tempat perlindungannya dan keluar menyaksikan suasana alam telah kembali cerah seperti semula, para rombongan pun takjub melihat keajaiban alam tadi dan manusia yang telah menjadi batu.
Para rombonganpun berbenah membawa perbekalan yang tersisa dan kembali ke kampung halaman dan melaporkan kejadian yang telah mereeka alami serta musibah yang telah menimpa putri dan suaminya.

 ini adalah sebuah pembelajaran begi kita semua ketika perkataan orang tua itu begitu sakral, hingga dapat menjadi bencana bagi kita sendiri ketika ada sikap menentang kita, terkadang wanita lupa akan kodratnya yang harus dipisahkan meskipun begitu besar kecintaan terhadap orang tua tapi harus berpisah.
hal ini juga telah di riwayatkan oleh Rasul kita umat muslim"haram bagi wanita selangkahpun dari rumahnya ketika tidak ada ijin dari suami meskipun orang tuanya meninggal sekalipun".

jadi putri pukes itu adalah cerminan legenda masa lalu sebagai peringatan bagi kita.

Tidak ada komentar: