27/04/12

Tarianku guel

Mataku masih berat, seakan segelintir getah nangka menempel dan enggan beranjak dari sisi kelopak mataku.aku masih ingin di buai mimpi tadi malam berselimutkan upuh gunel masam jing(selimut khas perkampungan dataran tinggi tanoh gayo penuh dengan tambalan) mendekap erat raga ini. tadi malam aku terlalu larut bergumul dengan atribut yang harus aku siapkan untuk hari ini. semua telah telah tersusun rapi di atas tumpukan tikar daun pohon bengkuang. namun satu hal yang berhasil membuatku bangkit dari peraduan, kokokan ayam serta suara denyitan lantai kayu yang yang timbul karena langkah kaki Amaku (ayah) yang berlalu lalang sebenarnya telah bangun sejak fajar tadi dan sesaat telah di pintu hendak menuju mersah (suarau) memenuhi kewajaiban. Dari sudut bilik belakang telah mengepul asap dari tungku perapian mengeluarkan asap khas bau utem uyem (pohon vinus).

akupun bangkit karena aku teringat akan satu hal yang belum sempurna dari semua atribut yang akan ku pakai dalam Guel (tarian khas gayo lut). kain ini belum sempat aku pinjam dari sahabatku karena sejak kemarin sore dia tidak berada di rumah dan aku berharap pagi ini dapat menemuinya.

Upuh (kain) ulen-ulen, ya kain ini akan aku gunakan dalam tarianku, dengan kain ini akan aku kepakkan dan mengibas-ngibas seiring dengan tabuhan rapai sahabatku, akupun berlenggak lenggok memadukan hentakan kaki ke bumi laksana gajah yang sedang mengamuk seirama dengan liukan tubuhku sementara kedua tangan aku rentangkan memegangngi kedua sudut atas kain ulen-ulen laksana rajawali terbang mengintari angkasa yang mencari mangsa.

kini aku telah berdiri tegak diantara keramaian yang ingin menyambut rombongan pengantin yang telah tepat berdiri di hadapanku dengan jarak cukuplah memberi ruang kosong yang akan kujadikan tempat untuk berliuk-liuk menghentakan kaki, serta kibasan upuh ulen-ulen.

"geretak". aku mendengar sang penabuh rapai telah memberi aba-aba dengan sekali pukulan, tanda genderang perang penyambutan telah siap, tak akan lama lagi akan menggelegar mengiringi tarianku. dalam berdiri tegak kepala aku tundukkan seraya tangan kanan aku arahkan tepat di hadapan wajahku sebagai sikap penghormatan dan salam. sementara tubuhku perlahan aku condongkan ke depan dan saat ini aku telah setengah membungkuk dengan tangan satu lagi aku palingkan ke belakang. kedua kakiku telah rapat tapi salah satu kaki aku jinjitkan dengan lutut melengkung ke depan.

Sang penabuh rapai telah memainkan genderangnya, mengelegar persis seperti suara tembakan senapan yang tak mempunyai aturan tempo. ini adalah saat aku harus menari meliukan bahu naik turun, rentangan tangan persis seperti kepakan sang rajawali yang sedang terbang bebas dan bebas mengintari angkasa membawa sang mangsa pada tempat berteduh.
bersambung...

3 komentar:

Anonim mengatakan...

[url=http://pole-brani.ru/]pole brani[/url] - pole brani , http://pole-brani.ru/ pole brani

Unknown mengatakan...

makasih gan kunjungan nya...

Anonim mengatakan...

I just added your web page to my bookmarks. I enjoy reading your posts. Thank you!
HTTP://www.CoolMobilePhone.net