24/12/12

Ibu


”kune mubelese kein jasa ni ine
Kelem we berjege, porak lao beremen”
(Dewantara kebayakan)

                Kain panjang (upuh padang) itu hampir saja rapuh. Enggan bertahan lama-lama menahan beban berat raga kecilku. Entah berapa kali sudah kain ini berganti. karena telah lapuk di makan usia hingga akhirnya robek menjadi kain lusuh tua, berganti fungsi. Mungkin masih dapat berguna untuk menambal sulam kain yang telah sobek, paling sering pelapis selimut (upuh masam jing). Tak jarang akan bernasip menjadi kain lap di dapur.
                Namun bahu ibuku tidak pernah tergantikan, meskipun selalu menjadi tumpuan berat tubuhku. Bagaimana pun sibuknya jika tangisan keras dari mulutku terdengar dengan sigap ia akan menghentikan pekerjaannya bergegas meraihku, tetap dengan kain panjang yang siap melingkar di bahunya dan akupun telah berada terbalut dipundaknya, biasanya ibu pun akan sedikit mengayun tubuhnya agar tangisanku reda lagi.
                Ibuku sayang, aku masih selalu terlambat mengirimkan hadiah kepadamu. Hadiah yang sangat diharapkan oleh ibu dari seorang anak yang berbakti. Kado dari seorang anak yang telah dibesarkan hingga nyamuk yang kecil sekalipun tak kau ijinkan untuk sekedar hinggap di tubuh kecil ini. Maafkan aku ibu.
Lebih baik engkau mendera kesakitan mendaki bukit, rela berbasah-basahan di tengah kebun kita dari pada harus membiarkan aku menangis. Matamu memerah perih ketika asap kayu bakar hinggap di mata sipitmu demi menyiapkan nasi bubur untukku. Sebelum teriakanku meledak lagi bubur itupun telah tersaji. Terima kasih ibuku sayang.

aku ingat sekali Pagi itu uang saku ku berkurang 25 rupiah dari biasanya yang aku terima, akupun tidak rela dengan kejadian ini, kembali aku terisak tangis mengancam tidak akan pergi sekolah, dua konsekwensi sekaligus yang harus engkau hadapi. Ayah memang sedang tidak punya rezeki pagi itu, mau dipaksakan juga dibawa dari mana sementara di sudut lain aku semakin menjadi dalam tangisanku. Dalam kepanikan kakimu menuju ke warung sebelah rumah meminjam koin yang telah menjadi malapetaka dengan jaminan buah labu jepang di belakang rumah kita. Ibu, engkau korbankan harga dirimu hanya untuk sebuah diam nya tangisku. Belum lagi apa yang akan terjadi jika kelak ayah sampai tahu apa yang telah engkau lakukan.
Engkau begitu sabar mendampingi ayah sebagai suamimu, tak ada keluhan yang keluar dari mulutmu, begitu setia, sabar, bahkan aku tak pernah melihat jari dan tanganmu melingkar emas atau pun perhiasan, tapi cintamu begitu tulus pada ayah. Yang paling sering hanya gelang karet merah melingkar di tanganmu sewaktu-waktu akan engkau gunakan jika sanggulmu kedodoran. Ibuku sayang sebenarnya apa sih yang istimewa dari ayah kita bagaimana ibu begitu cinta padanya? Sementara yang aku tahu dari bibi ibu adalah bunga desa dan punya calon seorang yang terpelajar dan akan menjadi dosen, sementara ayah hanya pegawai tamatan SMA? Tapi ibu lebih terpesona pada lelaki hitam yang punya hobi berdidong, hehehe. Siapa tahu bisa aku pakai jurus untuk menaklukan gadis warna langit yang pernah aku ceritakan waktu itu. Tapi ibu aku sadari hingga sampai kapan pun aku tidak akan lagi mendengar jawabannnya dari ibu. Ingin rasanya aku belajar banyak pada ayah bu, tapi kini kalian berdua telah tiada. meskipun demikian namun ayah telah menyelesaikan kewajibannya sebelum memejamkan matanya ibu, semua atas kehendakNYA. kalian berdua begitu perkasa.

Ibu semoga dengan ketiadaanmu dan Ayah kini akan menjadikan aku lebih dekat padaNYA, karena hanya dengan itulah aku bisa meraihmu kelak dan bertemu, dan kujadikan lagi sikumu sebagai bantal tidurku seperti dahulu. Semoga DIA meridoi jalanku ibu. Seperti dalam lantunan doamu ibu semoga aku menjadi anak yang berbudi akhlak yang baik, memiliki harkat, drajat, dan martabat yang tinggi. Sebaliknya akupun berharap engkau, ayah dan aku depertemukan kembali di kehidupan yang akan datang. Namun jika aku terlambat lagi bagaimana aku bisa mengirimkan kado tepat pada waktunya. Semoga aku selalu mengirimkan kado terindah padamu ibu setiap hari. Agar aku dapat meraihmu.
                Ibu aku akan berusaha tidak akan lagi terlabat memberikan kado padamu, agar Dia memeliharamu dan menempatkan kalian di tempat yang di ridhoinya ialah surga firdaus. Atas kehendaknyalah kita kelak akan di pertemukan lagi. Disaat ini adakah kado yang lebih indah dari seorang anak, selain menunaikan kewajiban yang lima serta menylipkan titipan do’a untukmu. Semoga Allah meridhoinya.

Tidak ada komentar: